Fenomena geologi di
Bangka Selatan dengan adanya penyebaran batuan beku
granit mendatangkan berkah bagi masyarakat setempat. Bijih timah yang
merup
akan hasil pelapukan stadia lanjut dari batu granit mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Namun, sebagai sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui (non renewable resoures), maka akan habis ketersediaanya pada
suatu saat nanti. Selain bijih timah, penyebaran batu granit tersebut
juga membentuk bentang alam geomorfologi yang sangat indah dan unik.
Apabila batu granit tersebut tersingkap berupa bongkahan (boulder) di
pantai dan laut, tentu ini akan menjadikan pemandangan yang eksotis
lantaran adanya perpaduan antara birunya air laut, putihnya pasir kuarsa
dan abu-abunya bongkahan batu granit.Sementara batu granit yang tersingkap didarat menunjukkan keunikan
tersendiri, sehingga menambah keaneka ragaman potensi obyek wisata di
Bangka Selatan. Keinginan Bupati
Bangka Selatan Drs. Justiar Noer,
ST,MM,MSi untuk mengembangkan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan
pasca timah tidaklah berlebihan jika melihat potensi wisata alam pantai,
wisata bahari, wisata budaya dan wisata sejarah yang melimpah di Bangka
Selatan. Disadari pula bahwa pariwisata merupakan sumber daya alam yang
tidak akan pernah habis. Salah satu potensi obyek wisata yang sangat unik dan langka (something
different) adalah
Batu Belimbing, demikian masyarakat menyebutnya,
karena kenampakannya mirip buah belimbing, terletak di Kampung Lalang,
Toboali, Bangka Selatan dengan jarak tempuh hanya 10 menit perjalanan
mobil dari pusat Kota Toboali. Akses jalan berupa jalan aspal hotmix
sampai lokasi. Berjarak hanya 300 meter dari Batu Belimbing terdapat
Pantai Perahu dan Pantai Batu Kapur yang sangat indah.
Batu Belimbing, sebenarnya merupakan fenomena geologi yang sangat unik.
Batuan beku granit Formasi Klabat hasil pembekuan magma di dalam perut
bumi pada 270 Juta tahun yang lalu, dengan komposisi mineral biotit,
hornblende, pyroksen, kuarsa, plagioklas, cassiterit dan amphibol.
Batuan dengan kenampakan seperti Belimbing tersebut, di dunia jumlahnya
tidak banyak. Sepengetahuan penulis, batuan sejenis hanya berada di
dekat Pantai Rumodong Belinyu, di Bangka Barat, di Anambas Kepulauan
Riau dan di negara China.
Literatur mengenai hipotesa pembentukan Batu Belimbing secara petrologi,
geomorfologi belum banyak. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena Batu
Belimbing memang sangat langka. Pakar geologi UGM bapak Dr.Ir. Soetoto
Siswojo menyampaikan teori bahwa struktur geologi tersebut berupa
rekahan tegak (columnar joint) akibat pendinginan batuan beku yang arah
kolomnya tegak lurus bidang permukaan tubuh intrusi. Karena adanya gaya
endogen maka tubuh batuan beku yang awalnya berada dalam perut bumi
tersebut mengalami pengangkatan dan pelapukan sehingga membentuk
kenampakan geomorfologi seperti sekarang ini.
Keunikan dan kelangkaan Batu Belimbing di Toboali tidak kalah dengan
Batu Ayer (Ayer Rock) di Australia. Hanya saja keberadaan Batu Belimbing
belum terekspos keluar dan belum dikelola dengan baik. Masih perlu
fasilitas umum seperti toilet sebagai amenity pendukung. Apabila Batu
Belimbing sudah dikelola secara serius, maka obyek wisata tersebut akan
ramai dikunjungi orang, dari sekedar foto selfie dan menikmati
keindahannya sampai penelitian akademis khususnya ilmuwan geologi dan
kebumian lainnya. Memang, Batu Belimbing
Obyek Wisata yang menyajikan
nilai keindahan sekaligus nilai edukasi